Menelusuri (Napak tilas) Jejak leluhur Depati Semurup (Raja simpan bumi berdarah putih)
Safwandi. Dpt (ziarah di Makam keramat moyang berdarah putih/Depati Semurup) Kuap seberangSalah satu hal mulia yang mesti dimiliki oleh generasi muda adalah "Mempertahankan serta melestarikan nilai-nilai kearifan lokal", diantara nilai-nilai tersebut adalah dengan mempelajari sejarah kearifan lokal itu sendiri.
Sekretaris Jenderal Lembaga Adat Melayu, Kerinci, Safwandi, DPT yang juga merupakan Presiden Peduli Adat Sakti Alam Kerinci (PASAK) Mengungkapkan, bicara mempelajari sejarah yang juga berarti mempelajari asal usul, Silsilah, zuriat dan nasab.
"Rasulullah Saw. Sangat Menganjurkan umatnya untuk mencari Silsilah (Nasab) nya. Kenalilah nasab-nasabmu, maka tali persaudaraan mu akan terus bersambung. Sesungguhnya jika tali persaudaraan terputus, maka hubungan itu menjadi jauh, meskipun sebetulnya dekat. Sebaliknya, tali persaudaraan itu menjadi dekat bilamana kamu terus menyambungnya, sekalipun telah jauh hubungannya". (Mustadrak Hakim dan Sunan Baihaqi). Kata Safwandi. Dpt, menyampaikan sabda Nabi.
Safwandi. Dpt menerangkan, Anjuran untuk mengetahui nasab bukan tanpa maksud, akan tetapi merupakan bentuk tali-temali ikatan antar saudara agar rukun dan harmonis. Mengetahui nasab yang dikemukakan di atas bukan untuk membanggakannya, akan tetapi lebih kepada menjalin silaturahim agar tidak terputus. Sebab, banyak persaudaraan terputus meskipun saudara dekat, dan banyak pula persaudaraan tersambung meskipun saudara jauh.
Bak pepatah Adat mengatokan "Bakampung mak nyo liba, bauleh mak nyo panjang. Jangan bakampung liba cabik, bauleh panjang putuh. Itu tidak dibenarkan menurut Adat ico pakai kito, sejak dahulu sampai sekarang". Terang nya
Sekretaris LAM Kerinci, Safwandi. Dpt terlihat begitu bersemangat untuk menelusuri Silsilah leluhur kerinci yang selama ini tidak diketahui secara jelas dimana letaknya. Bak ungkapan petatah petitih Melayu mengatakan "Hilang mak tentu jejak, mati mak centu pulo kubur nyo". artinya, hilang supaya jelas dimana jejak nya, mati supaya jelas pula dimana letak kuburan nya.
Padahal, lewat Tambo secara tidak langsung moyang kerinci telah berwasiat. Tinggal lagi cucu dan keturunan selanjutnya yang mempelajari dan memahami wasiat wasiat yang sudah disampaikan lewat tambo tersebut.
Seperti halnya Tambo kerinci (TK) 149. Mendapo Semurup, salah satu bait pada TK ini menuturkan tentang "Depati Semurup yang mati di kuap".
Berdasarkan penelusuran, Kuap adalah nama sebuah Desa tua yang terletak di kecamatan Pemayung, Kabupaten Batang Hari (Provinsi Jambi). Kuap adalah salah satu Dusun yang tergolong Tua di batang hari. Hal itu bisa dilihat dari sejarah yang dituturkan oleh pemuka masyarakat disana, yaitu Datuk Hasbi.
Datuk Hasbi, yang juga merupakan sesepuh dan ketua lembaga Adat di kecamatan Pemayung menuturkan, bahwa di Desa Kuap, ada banyak makam makam tua. Termasuk yang terdapat di kuap seberang.
Dari kiri : Datuk Hasbi (Ketua Lembaga Adat) kecamatan Pemayung, Kabupaten Batang Hari"Makam tuo yang ada di kuap seberang lazim kami sebut, makam keramat moyang berdarah putih ". Terang datuk hasbi.
Tentu kami, sebagian besar warga di Desa kuap ini adalah cucu dari moyang berdarah putih ini. Sebut nya
"Kami merasa bersyukur dan juga berterimakasih, karena tidak di sangka, ada keturunan beliau yang datang dari Kerinci mencari Silsilah beliau disini. Selama ini kami juga tidak persis tau asal usul beliau (red.moyang berdarah putih) ini berasal dari mana. Tetua dulu hanya bercerita sepenggal sepenggal, bahwa kuburan keramat yang berada dibawah pohon kayu aro besar itu merupakan makam keramat moyang berdarah putih yang datang dari hulu. Dimana tepatnya Hulu yang dituturkan oleh tetua kita dulu, kita tidak tau pasti. Rupanya beliau dari Kerinci, itu sesuai dengan bukti tambo yang dibawa oleh keturunan beliau yang sudah jauh jauh datang mencari Silsilah ke tempat ini. Ungkap Datuk Hasbi panjang lebar.
Adapun keterangan (isi) Tambo tersebut bertuliskan : "simpan gumi badarih putih ngada hakan hanak hurang hanam sutan dipati ka habini diyang dua paratama cina tiga ninik dipati samurut mati di kuwap
hampat hini tamanggung kaja lima hand(i)r suri hanam handir ba’ik"
Transliterasi : simpan bumi berdarah putih mempunyai anak enam orang.
Pertama, syultan dipati ka habini diyang, dua paratama cina, tiga ninik dipati samurut mati di kuap. Empat hini tamanggung kaja, lima hand(i)r suri, Enam handir ba’ik.
Tidak salah lagi, Gelar Sko Depati semurup yang tertulis di tambo yang menyatakan Depati Semurup mati di kuap, ternyata di kuap sendiri justru gelar yang disandang oleh moyang kerinci (semurup) adalah gelar yang berada di atas nya (Raja simpan bumi/ berdarah putih).
Endi Putra, DPT, Toni Suherman, Dpt. merupakan Silsilah dari moyang Rajo Simpan Bumi/berdarah putih mengatakan, bahwa mereka sangat bersyukur atas ditemukannya jejak dan makam leluhur mereka.
dari kiri : Endi Putra. Dpt, (Depati Yong Sanok) bersama Depati Rajo Simpan Bumi (Berdarah putih)
Endi mengatakan, dalam waktu dekat ia bersama Himpunan keluarga besar kerinci, terutama yang dekat nasab nya dengan makam moyang tersebut, akan memelihara makam bagaimana sepatutnya. Tentu tetap melalui arahan para sesepuh yang ada di Desa kuap ini, sekaligus kita menyambung tali silaturahmi yang sejak berabad abad terputus. Ungkap nya. (Mk)