Vasihan YP beserta rombongan pada kegiatan Napak tilas. Lokasi sungai melintang Negeri lamo koto payung semurup tinggi.

KERINCI, ANDALASNEWS - Sudah Menjadi Tradisi di kerinci pada umumnya, Menjelang hari Raya, dilaksanakan ziarah untuk membersihkan makam. Tak terkecuali yang dilakukan oleh Masyarakat Tigo luhah semurup, jelang pelaksanaan Hari raya idul Adha 1442 H/ 2021 M. 
sebagai keterwakilan masyarakat yang ada di Tigo luhah semurup, Vasihan Yama Putra menziarahi makam Tua yang merupakan Petilasan orang-orang tua terdahulu yang terletak di Negeri lamo koto payung semurup tinggi.

Vasihan yama putra yang juga merupakan kepala Desa Muara semerah mudik mengajak kepada masyarakat Tigo luhah semurup dan kerinci pada umumnya untuk kembali pada syari’at islam dan juga Adat yang telah diwariskan oleh para leluhur. 

“ Kami mengajak kepada masyarakat Tigo luhah semurup dan kerinci pada umumnya untuk kembali pada syari’at islam dan juga Adat yang telah diwariskan oleh para leluhur. Karena kita yakin bahwa apa yang telah diwariskan oleh leluhur kita itu adalah benar dan mengacu pada syari’at-syari’at islam “.  Ajaknya.

Vasihan mengungkapkan, bahwa ia dan kawan-kawan Sedikit miris melihat keadaan petilasan di kerinci saat ini pada umumnya, karena banyak yang terbiarkan serta tak terurus. Padahal petilasan merupakan sebuah simbol asal usul berkembangnya kaum-kaum yang ada disetiap dusun maupun luhah saat ini. 

"Merekalah yang pertama menyambut waris menjunjung walifah di alam kerinci ini, tampa mereka kita tidak akan pernah ada" ungkapnya.

ia menambahkan, Terbiarnya petilasan-petilasan yang ada di kerinci seakan menunjukkan bahwa kita telah lupa akan Asal-usul, Padahal bukan main luar biasa pengorbanan dan apa-apa saja yang telah dilakukan oleh leluhur kita untuk kehidupan Anak cucu mereka dimasa mendatang. 

"Tanjung tinggi di tumbak, yang dalam ditimbun, piring dilepah, pematang dikencang untuk menentukan arah ajun Anak cucu agar dapat hidup dengan baik. Bahkan, mereka menyusun hukum-hukum serta aturan agar keturunan mereka dapat hidup rukun, tertib, aman dan damai dalam Negeri, yang kita kenal dengan hukum dan aturan Adat. Merekalah yang membuatnya tatkala masa dulu. Saat ini, jangankan untuk membuatnya menandingi karya mereka, untuk menjalankan dan menyatokan Adat saja sangatlah sulit, itu terlihat masih banyak silang selisih dan kusut yang terjadi ditengah-tengah masyarakat kerinci pada umumnya saat ini yang belum bertemu ujung dan pangkal". sambungnya.

Kades muda tersebut berharap, Semoga dengan menziarahi petilasan para leluhur serta mengingat sejarah kita semua akan kembali pada nilai nilai kearifan yang telah diwariskan.

Usai melakukan ziarah, gotong royong dan makan bersama di koto payung semurup tinggi, Vasihan YP dan rombongan melanjutkan ziarah di talang terok, petilasan Kiyai Depati simpan bumi, yang dikenal dengan julukan (Ninek hilang di laut).

 (And)
Lebih baru Lebih lama