Oleh : Andi Andalas
Berdasarkan penuturan para tetua dusun, konon kerinci pada dulunya masih diliputi genangan air yang sangat luas, lazimnya disebut para tetua adalah laut.
Namun, Berkat kerja keras para leluhur kerinci yang berhajat Kehadirat Allah SWT. Akan impian mereka sebuah negeri yang nantinya dapat dihuni guna kelangsungan anak cucu mereka, maka atas izin Allah, airpun dapat menjadi surut.
maka tatkala itu, yang mula² tampak adalah 3( tiga ) pulau, yakni :
1. Pulau sangkar
2. Pulau Pandan dan
3. Pulau Tengah.
Setelah itu lama kelamaan barulah muncul pulau² yang lain, sehingga jadilah Negeri Alam kerinci.
Allah bersifat Rahman dan rahiem, Adapun Rahman (kasih) Allah tiada ia bedakan teruntuk semua makhluk ciptaan-Nya. Terlebih lagi kepada hamba²-Nya yang senantiasa melaksanakan ketaatan terhadap-Nya.
Para leluhur kerinci dikala itu terkenal akan kezuhudan nya. Mereka adalah orang² yang bertauhid (Meng-Esakan Allah Semata). Mereka adalah para waliyullah yang menyeru pada jalan Allah. Dan memerangi kemungkaran.
Kewalian dan Ketauhidan para leluhur kerinci dapat kita lihat dengan sebuah bukti nyata Terciptanya Adat yang bersumberkan Al-qur'an dan hadist, yang juga kita ketahui dengan istilah (Adat bersendikan serak dan serak bersendikan Kitabullah). "Serak mungato Adat yang memakai."
Kita, yang saat ini adalah generasi penerus leluhur, jangankan untuk membuat Adat, memakaikannya saja kita tak sanggup. Namun Itulah pada kenyataan nya kita saat ini.
Padahal, sepeninggalan mereka (read. Para leluhur), telah mewariskan banyak hal untuk kita sebagai pedoman yang kita kenal dengan istilah "ICO PAKAI " (Hal yang sudah menjadi kesepakatan leluhur kita dahulu) untuk menegakkan Adat sebenar Adat, hukum sebenar hukum, yang mereka tuangkan didalam sumpah setih setia (sumpah sati Karang setia).
Maknanya :
Sumpah artinya : ikrar
Sati artinya : Keramat (karena hakikat ikrar disaksikan Oleh Allah Azza wajalla)
karang bermakna : dibuat (isinya/point nya dikarang terlebih dahulu)
Setia : Tak berkhianat.
Meskipun warisan PUSAKO ( baik itu yang berupa benda/harta, maupun non benda/Adat lamo pusako batuah) t'lah beratus bahkan beribu tahun yang lalu mereka tinggalkan, Namun Adat kerinci tetap relevan hingga saat ini, meskipun dewasa ini zaman kian canggih dan modern.
Mari kita kembali pada subtansi dan maksud dari penulisan ini.
Fenomena dan kenyataan apa yang bisa kita lihat dan saksikan Pada saat ini ?
Sadarkah kita akan Wabah dan bencana yang sedang melanda negeri kita saat ini?
adakah ini cara alam untuk menegur kita agar kita semua kembali pada fitrah kita yang sebenarnya, fitrah manusia yang senantiasa bertasbih memuji kebesaran Tuhan nya. Apakah itu sudah kita lengahkan sehingga Alam yang mengingatkan kita melalui caranya.
Allah swt berfirman :
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” ( QS Al Israa’, 44 ).
Lantas Mengapakah Alam mengingatkan kita, karena pada mulanya ketika mereka (Bebatuan, Gunung dan lainnya) diberikan amanah, tapi mereka menolaknya karena tak sanggup. Mereka takut jikalau nantinya mereka lengah.
Kenapa saat itu manusia menyanggupi dan menerima amanah yang diberikan oleh Allah, Tuhan yang maha perkasa tersebut ?
Saudaraku, Allah SWT Menyeru kita untuk ber-Amar ma'ruf Nahi Munkar (Menyeru pada kebaikan/Jalan Allah. Dan melawan kebathilan).
Penulis tersentuh akan apa yang dituliskan oleh Arkeolog muda yang juga merupakan pemerhati Adat budaya dan sejarah kerinci, yakni saudara Hafiful hadi S. pada postingan facebook nya hafiful mengkritik sebuah postingan yang kemudian ia bagikan lagi keberandanya dengan menuliskan "Uhang baratib dalam masjid, baiyo-iyo kayo viral kah, sedangkan uhang bajudi, berzina, narkoba dan mabuk sekeliling kayo, kayo senyapkah bae. Ini dunia tabalik namonyo, kaji mano ngan kayo pakai toh?
Para Saudara ku yang seiman, Seberapa banyak diantara kita yang peduli akan apa yang dikatakan oleh sejarawan muda asal kerinci, hafiful hadi S, ini ?
Apakah kita sedang benar² menginginkan Negeri ini berubah menjadi lautan seperti cerita para tetua seperti dahulunya, jika jawabannya adalah Tidak, marilah secara bersama kita tumpas kemunkaran yang kian hari semakin merajalela!
Gambar oleh : Andri wiski
Namun, Berkat kerja keras para leluhur kerinci yang berhajat Kehadirat Allah SWT. Akan impian mereka sebuah negeri yang nantinya dapat dihuni guna kelangsungan anak cucu mereka, maka atas izin Allah, airpun dapat menjadi surut.
maka tatkala itu, yang mula² tampak adalah 3( tiga ) pulau, yakni :
1. Pulau sangkar
2. Pulau Pandan dan
3. Pulau Tengah.
Setelah itu lama kelamaan barulah muncul pulau² yang lain, sehingga jadilah Negeri Alam kerinci.
Allah bersifat Rahman dan rahiem, Adapun Rahman (kasih) Allah tiada ia bedakan teruntuk semua makhluk ciptaan-Nya. Terlebih lagi kepada hamba²-Nya yang senantiasa melaksanakan ketaatan terhadap-Nya.
Para leluhur kerinci dikala itu terkenal akan kezuhudan nya. Mereka adalah orang² yang bertauhid (Meng-Esakan Allah Semata). Mereka adalah para waliyullah yang menyeru pada jalan Allah. Dan memerangi kemungkaran.
Kewalian dan Ketauhidan para leluhur kerinci dapat kita lihat dengan sebuah bukti nyata Terciptanya Adat yang bersumberkan Al-qur'an dan hadist, yang juga kita ketahui dengan istilah (Adat bersendikan serak dan serak bersendikan Kitabullah). "Serak mungato Adat yang memakai."
Kita, yang saat ini adalah generasi penerus leluhur, jangankan untuk membuat Adat, memakaikannya saja kita tak sanggup. Namun Itulah pada kenyataan nya kita saat ini.
Padahal, sepeninggalan mereka (read. Para leluhur), telah mewariskan banyak hal untuk kita sebagai pedoman yang kita kenal dengan istilah "ICO PAKAI " (Hal yang sudah menjadi kesepakatan leluhur kita dahulu) untuk menegakkan Adat sebenar Adat, hukum sebenar hukum, yang mereka tuangkan didalam sumpah setih setia (sumpah sati Karang setia).
Maknanya :
Sumpah artinya : ikrar
Sati artinya : Keramat (karena hakikat ikrar disaksikan Oleh Allah Azza wajalla)
karang bermakna : dibuat (isinya/point nya dikarang terlebih dahulu)
Setia : Tak berkhianat.
Meskipun warisan PUSAKO ( baik itu yang berupa benda/harta, maupun non benda/Adat lamo pusako batuah) t'lah beratus bahkan beribu tahun yang lalu mereka tinggalkan, Namun Adat kerinci tetap relevan hingga saat ini, meskipun dewasa ini zaman kian canggih dan modern.
Mari kita kembali pada subtansi dan maksud dari penulisan ini.
Fenomena dan kenyataan apa yang bisa kita lihat dan saksikan Pada saat ini ?
Sadarkah kita akan Wabah dan bencana yang sedang melanda negeri kita saat ini?
adakah ini cara alam untuk menegur kita agar kita semua kembali pada fitrah kita yang sebenarnya, fitrah manusia yang senantiasa bertasbih memuji kebesaran Tuhan nya. Apakah itu sudah kita lengahkan sehingga Alam yang mengingatkan kita melalui caranya.
Allah swt berfirman :
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” ( QS Al Israa’, 44 ).
Lantas Mengapakah Alam mengingatkan kita, karena pada mulanya ketika mereka (Bebatuan, Gunung dan lainnya) diberikan amanah, tapi mereka menolaknya karena tak sanggup. Mereka takut jikalau nantinya mereka lengah.
Kenapa saat itu manusia menyanggupi dan menerima amanah yang diberikan oleh Allah, Tuhan yang maha perkasa tersebut ?
Saudaraku, Allah SWT Menyeru kita untuk ber-Amar ma'ruf Nahi Munkar (Menyeru pada kebaikan/Jalan Allah. Dan melawan kebathilan).
Penulis tersentuh akan apa yang dituliskan oleh Arkeolog muda yang juga merupakan pemerhati Adat budaya dan sejarah kerinci, yakni saudara Hafiful hadi S. pada postingan facebook nya hafiful mengkritik sebuah postingan yang kemudian ia bagikan lagi keberandanya dengan menuliskan "Uhang baratib dalam masjid, baiyo-iyo kayo viral kah, sedangkan uhang bajudi, berzina, narkoba dan mabuk sekeliling kayo, kayo senyapkah bae. Ini dunia tabalik namonyo, kaji mano ngan kayo pakai toh?
Post yang dikritik dan dibagikan oleh sejarawan muda kerinci (Hafiful hadi S)
Apakah kita sedang benar² menginginkan Negeri ini berubah menjadi lautan seperti cerita para tetua seperti dahulunya, jika jawabannya adalah Tidak, marilah secara bersama kita tumpas kemunkaran yang kian hari semakin merajalela!
Tags
Sosial