Gambar : Bopi Cassia Putra
Ada pendapat yang mengatakan, bahwa kenikmatan lebih minum kopi adalah pada pukul sepuluh pagi. Dampak kesegarannya akan lebih nyata jika minum pada jam tersebut. Karena puasa ramadhan, maka selama sebulan pula saya menahan diri untuk tidak merasakan kenikmatan tersebut.
Bagi hampir semua orang Indonesia, "ngopi" yang nikmat itu harus terasa pahitnya. Kalau tidak ada pahit diantara rasa manis, maka bukan mengopi namannya. Ternyata rasa pahit kopi di lidah orang Indonesia, ataupun orang Melayu di nusantara diajarkan oleh Belanda yang memperkenalkan kopi Robusta pada akhir abad 19M sebagai pengganti kopi Arabica yang rentan hama penyakit dan berproduksi rendah. Kopi Robusta (robust = si kuat) adalah jenis kopi yang sangat adaptif ditanam di nusantara ini, tahan hama penyakit dan berproduksi tinggi. Kopi Robusta pada akhirnya menjadi komoditas utama kopi di Indonesia, harganya murah dan dikonsumsi oleh sebagian besar orang Indonesia. Pokoknya sudah jadi kopi rakyat.
Pada akhirnya lidah orang Indonesia suka dan terbiasa dengan cita rasa kopi pahit-dibandingkan citarasa kopi Arabica yang terasa asam dan seringkali membuat perut tidak nyaman.
Di lain sisi, lebih dari sebulan pula kita berhadapan dengan wabah Covid-19, sehingga memaksa kita untuk membatasi ruang gerak dan silaturahmi. Sehingga Hari Raya tahun ini sangat tidak terasa berhari rayanya.
"Buatlah rendang, walau sedikit. Ada juga tanda kita berhari raya. Kita sudah tidak bisa bersilaturahmi dengan sanak saudara, kaum kerabat, jiran tetangga. Kita tidak bisa pergi berhari raya dengan memakai baju, sarung, kerudung dan selop baru di hari raya. Kalau ada masak rendang, terasa juga gezzah hari raya. Dari bau rendang saat dimasak, sudah terasa kita mau berhari raya." Demikian kata saya kepada istri dua hari yang lalu. Walau dengan terpaksa-alasannya bikin rendang itu lama dan melelahkan, dibuatnya juga rendang itu.
Alhamdulillah di pagi raya ini, walau keadaanya tidak seperti hari raya yang sudah-sudah, sang Maha Kuasa masih memberikan izin dan kesempatan bagi saya menikmati segelas kopi Arabica, yang rasa pahitnya mengalir diantara rasa "manis-manis jambu," dikawani oleh sepotong dua potong lemang-pemberian tetangga, bersama rendang buatan ibu dari anak-anakku yang berbintang Gemini.
Walau hari raya tahun ini tidak lengkap rasanya, tapi jadilah ada juga rasa berhari raya.
"Selamat Hari Raya Idul Fitri 1441 H. Mohon maaf lahir batin." (Bop)