Penulis :
SAFWANDI
Gelar ( Depati Ijung Putih Tuo)


Hakikat Adat yang Sebenar Adat

Adat yang sebenar adat pada hakikatnya adalah segala ketentuan yang berlaku sesuai dengan iradat (kehendak) Allah SWT. Ketentuan-ketentuan ini mencakup segala hal yang dapat dilihat, diraba, didengar, dirasakan, ataupun segala yang sifatnya ghaib.

Adat yang sebenar adat adalah adat yang sifatnya berlaku secara mutlak. Tidak bisa di ubah-ubah oleh manusia, dan tidak dapat di tawar-tawar. "Adat bersanding serak, serak betsanding kitabullah" Adat dan Agama haruslah sejalan "serak mungato Adat mumakai". Itulah sebabnya Adat yang sebenar adat disebut dengan adat  berbuhul mati. 

Meskipun bersifat mutlak, namun dasar adat ini diperlukan pemahaman yang dalam terhadap tata bahasa kerinci. Terutama harus mengerti dengan bahasa kerinci klasik (kuno), seperti pepatah petitih, seloka, petuah, pameo, dan kias.

Untuk dapat memahami adat kerinci secara proporsional (sebenarnya), diperlukan kekuatan rasa dan pemikiran yang kritis. hal ini sesuai dengan kata-kata adat kerinci berikut ini :
jingok punakin sabalik panurun
Jingok padang sabalik rimbo
Jingok udang sabalik batu

Pasal itu umpamo pintu
Bab itu umpamo jalan
Kalau bujalan munuju lurus
Kalu bukato munuju bena
Kalu munebang munuju bangka
Kalu mulanting munuju tampuk
Kalu munimbak munuju alamat

Jadi untuk memahami ketentuan adat kerinci, diperlukan usaha yang sungguh-sungguh, diperlukan pemahaman yang menyeluruh. Artinya untuk memahami ketentuan adat kerinci tak cukup hanya mengartikan apa yang tersurat. Namun juga perlu memahami makna yang tersirat di balik kata-kata adat tersebut.

Untuk mengkaji pengetauan tentang hakikat adat kerinci, kita perlu hati-hati sekali. Kita harus menyelidiki dengan jujur, serta memahaminya dengan sungguh-sungguh. Seperti yang tertuang dalam kata-kata adat berikut.

Bia tujuh kali murangkap pesap, pesap tirangkap bawah mansiro
Biah tujuh kali bumi takirap jangan diasak kara setio. Kalu diasak kara setio lah bah sikandong pampeh lah bah sikandong bangun. Lah hilang luko bupampeh lah hilang mati bubangun. Hilang kurik tirendam belang, kecutkan payung rungkek mangkuto, kikihkan celak anyutkan piagam, bakarkan kubu ninek muyang.

SAFWANDI
Gelar : (Depati ijung Putih Tuo)

Fungsi Adat Sibena Adat

Fungsi adat yang bubuhul mati dalam kehidupan masyarakat kerinci. Buhul yang berarti simpul atau ikatan. Buhul mati adalah simpul mati yaitu sesuatu yang di ikat sangat erat dengan tujuan tidak akan dibuka lagi. Maka adat yang babuhul mati, adalah adat yang telah terikat erat. Oleh karena itu ketentuan dalam adat tersebut tidak boleh di ubah-ubah lagi. Tidak dapat diganggu gugat. dalam Adat kerinci dikenal dengan istilah "kato yang duo wajah yang empat"
Mano yang dikatokan kato yang duo ?
Partamo Betul dalam Adat
Keduo Betul didalam serak (Agama)
Mano dikato wajah yang empat
1. Rek
2. Padek
3. Batunggun
4. Idak bakucak.

Oleh karena sifat adat yang bubuhul mati itu sangat kuat dan mutlak, maka adat tersebut selalu terjaga keutuhannya. Keadaan adat inilah yang dikatakan dengan adat yang idak lapuk karno hujan, idak lekang karno paneh. Diasak idak mati dianggung idak layu. 

Dengan sifatnya yang sangat kuat dan berlaku mutlak ini, maka adat yang bubuhul mati sangat penting artinya dalam kehidupan masyarakat kerinci. Pentingnya dari adat yang bubuhul mati karena fungsinya sangat strategis.
Fungsi strategis dari adat yang babuhul mati tersebut antara lain :

Sebagai sumber dari segala sumber dari ketentuan adat kerinci.

Sebagai pandangan hidup yang dapat mempersatukan masyarakat kerinci serta memberikan ajaran dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan bathin masyarakat kerinci.

Sebagai cerminan hidup yang menuntun masyarakat Kerinci dalam mencapai tujuannya, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur secara merata, material dan spritual.

Sebagai identitas suku bangsa Kerinci yang dapat menggambarkan keprihatinan yang mengutamakan budi yang mulia, perasaan yang halus, sikap kritis, serta ketaatan kepada Allah SWT.

Ditulis Pada hari isnin 28 Rabiul awal 1441 Hijriah.
Muara Semerah, Semurup - kerinci.


Lebih baru Lebih lama